Senin, 26 November 2007

lainnya

jalan jalan ah...hikzz...!
inilah sesuatu hal yang aku ingat kembali, sepertinya memang pikiranku kembali menjerat diriku untuk mencoba memberikan sebuah arti akan sedikit hidup. tentang sebuah jalan yang baru aku ingat. masih jelas memang dalam ingatanku pada itu malam. aku bertiga dengan sebuah kendaraan speda motor dengan pelat seri B 5279 kl ( maklum saja aku ingat pelat seri motor itu karena dalam seminggu angka itu keluar di nomer buntut dengan acak hikzz..)dengan keisengannya selama perjalanan kami bercakap cakap. saling serang dalam pertanyaan dan saling mencari alasan saat seseorang dari kami tak mampu menjawab akan sebuah pertanyaan. seperti tanpa beban kawan ku bertanya..nah sekarangkan kita dalam perjalanan, lantas yang di sebut dengan jalan itu yang mana? dengan PDnya kawanku menjawab nah itu ( sambil menunjuk tangannya ke jalan yang di bawah ) dengan satainya balasan dari jawaban itu.. yee itukan aspal, sementara jalannya! yang di sebut dengan jalan itu yang mana? aku sendiri berpikir pasti akan butuh waktu untuk menjawab hal seperti itu, bila jawaban yang aku ingin sampaikan harus sesuai dengan apa yang sudah ia harapkan.
jalan adalah proses pengantara antar aku dan mimpiku, harapanku, tujuanku.
jalan adalah sebuah cara agar aku bisa menyadari akan apa yang sedang aku cari
jalan adalah sebuah tanda yang bisa kita "baca" dan tanda tanda itu jelas bisa kita lihat.
jalan adalah sebuah tempat penghidupan bagi sebagian besar orang dan di jalan juga cita cita dijalankan.
jalan seperti sebuah alur panggung dalam kehidupan. pernak pernik lampu sebagai sebuah hiasan, rumah rumah yang berderet di pinggiran jalan adalah sebuah instarasi, properti seperti sebuah panggung pementasan. keberagaman dari berbagai pemeran tentunya bisa kita lihat dari berbagai macam karakter yang mereka mainkan. sungguh hal itu tentunya sangat mengesankan, karena bagaimanapun juga jalan yang terhampar memanjang dihadapan adalah sebuah jalan kehidupan yang harus dilewati oleh setiap orang.
jalan dimanapun tentunya tidak dimanfaatkan oleh beberapa kelompok orang yang memiliki kepentingan akan sebuah jalan itu sendiri. jalan bukan hanya milik negara, yang dengan menggunakan para pasukannya dikerahkan untuk menertibkan para pengguna jalan itu sendiri. rambu-rambu dan marga jalan bukan hanya sebatas dijadikan sebagai sebuah penunjuk arah, surat tilang dari para polantas tentunya bukan cuma soal masalah menertibkan para penggunanya yang melanggar bukan juga cuman soal lampu lampu yang temaram dikala malam saat kita melintas dalam kegelapan.
lebih jauhnya kita akan mengenal sebuah jalan sebagai sebuah spirit kehidupan, nilai-nilai serta norma aturan tentunya dipegang oleh setiap kelompok yang memiliki kepentingan akan jalan itu. para pengemis, para pengamen, para anak jalanan dan orang orang lainnya yang sudah banyak mengenal akan kehidupan dijalan tentunya akan memiliki kesan yang akusendiri mungkin tidak akan pernah percaya akan realitas jalanan sesungguhnya.
kepediah, kebebasan saat aku jenuh berada dalam komunitas masyarakat. kehidupan jalanan tentunya menjadi salah satu sebuah pilihan. kekerasaan menjadi hal biasa, kebaikan serta kesopanan, hal itu tergantung dari kesepakatan akan orang-orang yang ingin mencoba hidup di jalanan. aturan bisa dibicarakan, akan tetapi hukuman bukan untuk dikompromikan. seperti itulah sesengguhnya kehidupan jalanan.
hukum rimba memang jelas berlaku...
mentalitas jalanan tidak bisa disamakan dengan mentalitas sebagian warga yang hidup bersahaja di pedalaman.

Tidak ada komentar: