Senin, 01 Juni 2009

lainnya

keperwanan itu

April dipertengahan bulan
(saat seorang gadis, sudah teryakinkan)
Seorang perempuan muda pada beberapa hari lalu bertanya padaku tentang virginitas, aneh…sungguh aneh, padahal dia tau klo aku tuh cwo yang mau jadi laki-laki sebelom jadi pria. kok malah nanya soal seperti itu ke aku yah. Nggak di jawab, dia minta jawaban, mau di jawab aku juga nggak ngerti bener soal seperti itu. Akhirnya jawabanpun sekenanya saja, untungnya mulut ini nggak ragu untuk berbicara. Pikirku tuh cwe yang dah mau nyerahin diri, ternyata cwonya yang ngajakin dan dia kebingungan. Mungkin dia tau kali yah, klo nggak di kasih pasti hubungan mereka akan bubar padahal di sisi lain dia merasa sayang bangat ama tuh cwo, tapi dia sendiri ingin menjaga virginitasnya.
Wacana virginitas untuk saat ini bukanlah sebagai salah satu hal yang banyak di amini oleh sebagian perempuan muda. Virginitas tentu bukan sesuatu hal yang berharga untuk tetap dipertahankan sampai waktunya tiba. Mungkin wacana ini sebenarnya hanyalah wacana biasa untuk dijadikan pagar bagi para perempuan selain adanya norma dan aturan lainnya yang tersebar di masyarakat. Wacana tersbut tentunya dihembuskan hanya semata untuk membatasi kebutuhan biologis seseorang. Atau entah apalah maksudnya dengan istilah virginitas tersebut, bingung ngejelasin soal istilah.
Untungnya menjadi orang yang nggak tau dan di suruh memberi saran pula akan hal ini sudah barang tentu tak memiliki beban apapun dalam berbicara. Dengan entengnya ini mulut memberikan pertimbangan lain kepada orang yang meminta saran. Dan anehnya, dia juga meng iya kan. Hingga sampai saat ini, pernyataan dia ke aku nggak jadi melakukannya. Mungkin juga tuh cwonya gondok kali ya, saat di pinta bercinta oleh si cowonya nggak di kasih ama si cwe.
Akhirnya aku merasa nggak enak hati juga yah ama tuh cowo. Apa lagi aku seorang cwo. Tapi tak apalah biar di kira aku nyetanin seetan sekalipun aku pasti terima. masalahnya jelas aku setanin mereka, orang aku sendiripun mau pacaran masih nggak boleh. Heuh…sebuah permintaan saran kepada orang yang salah dan nggak di dukung lagi kan. Wek wek wek….kapok malah nggak jadi bercinta.
Karena kejadian itu, akhirnya aku bertanya-tanya dan berpikir. Lantas seberapa besar sih virginitas klo di hargain? Apakah hanya dengan jadian trus pacaran kemudian sesorang dapat memberikan segalanya. Apakah virginitas itu sebanding dengan kata kata cinta, kata sayang, kaulah bungaku, kaulah yang terindah, dan tek tek bngek lainnya. setelah itu seseorang dapat menyerahkan keperawanannya? Wew…enak bener ya, setelah diberikan trus di tinggalin he he he….syukurin, kapok, mampus dah. Apakah virginitas juga sebanding dengan besarnya rasa cinta yang diberikan oleh sepasang manusia? Lantas apa jaminannya klo hanya hal tersebut berbanding dengan nilai virginitas. toh dalam kenyataanya kata kata tersebut nggak bisa dijadikan jaminan buat seseorang agar bisa melanjutkan hubungan ke wilayah lainnya. Bukankah dalam kenyataannya kata kata indah tersebut malah berbanding dengan rasa sakit hati setelah semua pergi.
Orang pacaran di jaman sekarang emang ada hubungannya yah antara pacaran dengan bercinta? Nggak harus ada hubungannya kan. Walaupun ada apakah keterhubungan tersebut sifatnya mutlak? Nggak juga kan. Untungnya, baik melakukan hal yang baik atau nggak baik pastinya punya konsekwensi masing masing dan membutuhkan pengorbanan. Entah korbannya sakit hati saat kita menghidarinya karena pasti setelah itu akan putus, karena dianggap nggak cinta. Dan melakukannyapun sebenarnya nggak ngejamin seseorang akan setia kepada pasangannya yang mengatasnamakan cinta, kesetiaan, ketulusan dan berbagai istilah yang memanjakan ato mengikat.
Ok kita kembali lagi ke bahasan awal, tentang cerita temanku. Hubungan mereka adalah hubungan beda agama. setahu aku, hubungan seperti itu dalam kenyataannya banyak sekali orang yang nggak berhasil untuk menjalankan dan melewati rintangan tersebut. Mungkin ini kunci yang aku gunakan biar dikata aku di anggap nyetanin setan. Wekkwkwkwk… Dan saranku pada si cwe pertama gimana klo harga keperawanannya di bayar dengan pengorbanan diri si cwo untuk pindah keyakinan, trus mengasih kabar pada keluarga dan kerabatnya klo dia udah pindah keyakinan. Kayanya harga virginitas dengan hal itu sebanding yah. Tapi entaran dulu. Klo misalkan nggak mau di uji kaya gitu, kan jelas yah jawaban dan sifatnya tuh cwo.
nah Klo misalkan dia mau, bukan berarti kita harus memberikan virginitas begitu aja kan karena itu belom cukup. Sekarang begini, logikanya jika seorang berani pindah keyakinan hanya karena menginginkan melakukan hubungan seperti itu, berarti secara nggak langsung orang tersebut bisa saja malah menyakiti pasangannya. Orang keyakinan yang di doktrin dari kecil aja sudah ia langgar dan di langkahi. Nggak menutup kemungkinan klo dia juga akan menghianati seorang perempuan. Karena diri seseorang nggak akan berbanding dengan yang diyakininya. Masih belom ada jaminannya kan he he he…jadi jangan dulu di beriin deh tuh. Kita uji lagi dengan tahap selanjutnya. Kira-kira dah berapa lama sih kita pertahanin virginitas kita. Klo misalkan dia mau untuk menebus waktu yang di korbanin si cewe berarti menidangan nikah aja langsung. Karena aku yakin tuh cwo bener-bener serius. Dan pastinya dia baik. Jangan sia-siain lagi lah. Susah nyarinya he he he….sayangnya tuh cewek malah berkata, aku dah terlanjur sayang ama dia, aku takut untuk sendiri, dan aku nggak mau sakit hati.
Ehem…manis sekali.
Mendengar pernyataan itu, ternyata aku hanya bisa terdiam. Dalam hatiku berkata..hehe sayangnya dengan berduapun belum tentu kita berani untuk menghadapi kehidupan. Kemudian aku hanya berpesan, jangan pernah sakit hati akan apapun yang terjadi. Semoga semua akan baik saja dan kau bisa nikmati, apa yang seharusnya kau nikmati karena kalian yang sedang menjalin hubungan.
Gila…prihatin dan miris juga ngedengernya (he he he sok suci bener ya)
Tapi, yah seperti itulah terkadang manusia. Ngerecokin sebuah hubungan yang harusnya aku sendiri bisa sadar dan tau diri akan wilayah mana aja sih yang nggak boleh dilakuian. Jadi nggak enak body juga sih sebenernya, tapi kan konyolnya cwe tersebut minta saran ke aku. Padahalkan mereka yang ngejalanin, mereka yang rasain, mereka yang lakuin. Ngapain juga minta saran ke aku, harusnya kan enak yah. Saat ingin bercinta, trus orang yang kita cinta itu ada. Weh..weh..weh…Sempurna benerkan tuh waktu yang di lewati. Sayangnya belom juga terjadi, mungkin mereka nggak berani kali ya. He he he…
==== ***====
30 mei 09 dini hari jam 01:15 pagi, tlpon selularku berbunyi, seorang cewek kembali menyapaku dengan nada yang agak berat. Seperti ia sendiri nggak tau apa yang musti diucapkan dan diutarakan kepadaku. Aku hanya coba meraba-raba pembicaraan dari ketidak jelasana (tentunya dengan gaya sok tau, kan beda tipis tuh yah ama orang cerdas). Sebuah ungkapan menyesalah yang dirasakan dengan sangat berat yang membuat kesimpulan dalam diriku. Semua sudah terjadi, dan janji menjaga keperawanan sudah di ingkari.
Yah itulah akhirnya…dan aku sendiripun sadar, klo aku bukan seorang malaikat penjaga yang selalu ada mengingatkan segala hal yang dilakukan oleh sepasang manusia. Sebuah harga yang pantas untuk didapatkan, yah… rasa sesak, dari suara tangis yang terisak. Sakit hati ini harus dialami dan di jalani. Kekecewaan itu tak akan bisa kita ingkari. Seperti kesia-siaan saja selama ini aku mengingatkan, supaya kau tidak melakukan hal itu dan slalu konsisten untuk menjaganya.
Harga keperawanan harus di bayar dengan sakit hati, sebuah penyesalan yang tak akan pernah bisa dilupakan (semoga itu pantas dan layak). Mungkin benar apa yang dikatakan orang : sakit dari awal akan lebih baik bila kita harus sakit di kemudian. Bukan bermaksud untuk membandingkan, karena memang hal ini tidak untuk dibandingkan. Maslahnya hanya ada pada kejadian yang akan terjadi pada awal perjalanan atau di waktu kemudian saat menjalankan. Toh keduanya sama-sama sakit, mungkin jelasnya mencari cara untuk menyakiti hati sendiri atau mungkin juga hanya menunda untuk di sakiti.
Gilaa, dah cape-cape ngingetin, ternyata nggak di denger juga. Dan sekarang, sampe termewek-mewek deh (semoga nggak memanggap kejadian ini sebagai kejadian yang merugikan). Udah sakit hati karena di tinggalin ama tuh cowoknya, musti pake acara kehilangan nilai keperawanan pula kan…weh weh weh…coba klo dari dulu mau bersikapnya, walaupun sakit hati karena kita menyakiti seseorang. paling nggak, kita sudah menjaga sebuah keperawanan yang dimliki. Mungkin itu sebentuk konsistensi menjaga janji dalam diri yang sudah di jalani. tinggal uring-uringannya doang dah, minta saran ke aku yah gimana bisa ngasih saran. Orang semua udah kejadian.!
Gilaa..sakit bener ngedengernya… nyesek... Walau kita sadar, pilihan untuk melakukan akan sebanding dengan pilihan untuk mengingkari. Hanya saja yang membuat aku heran kok lebih memilih melakukan, bukankah daya untuk mengatakan tidak itu sebenarnya jaga sama. Tapi yah sudahlah….yang musti sekarang kita pikirkan hanya mencari solusi, untuk menjawab ketakutan-ketakutan yang kau rasakan.
Mencoba mencari solusi, agar perasaan menyesal bisa segera di lewati. Sebab bagaimanapun juga kehidupan ini akan terus berlanjut. Masalah keperawanan hanya sebatas satu titik diantara banyak titik dalam kehidupan. Sangat nggak logis bila masalah satu titik itu akan merembet pada titik titik yang lain dan kita hanya membiarkan kehancuran dan membuat terpuruk. Biarlah masalah keperawanan di batasi oleh keperawanan itu sendiri dengan segala pengingkarannya.
Yang pasti, hari kan berganti seperti mentari yang kembali ini pagi. Sebuah kejadian yang di lewati baik dipikirkan ataupun tidak, semuanya nggak bakalana bisa merubah kejadian itu. Kita bukan budak dari masa lalu, juga bukan pemuja masa depan. Terlalu berharga waktu saat ini bila harus kita tukarkan dengan perasaan luka yang sudah lewat. Anggaplah itu sebagai sebuah kekalahan dari ketidak-mampuan diri kita yang tak pernah bisa kita ingkari.
Coba berkompromilah dengan diri. Mulai belajarlah untuk menerima sebuah kejadian agar kita bisa dengan senyuman melewati kejadian itu. Santé saja, soal keperawanan tak akan lagi menjadi beban saat kau melakukannya lagi untuk yang kesekian kali walau dengan orang yang beda sekalipun. walaupun ada rasa sakit hati, toh hanya sebatas dihianati karena ditinggalkan dan kau akan menganggap semua laki-laki emang bajingan (kalo kata cwe yang di sakiti, klo cowo yang di hianati pasti ngomongnya emang cewek berengsek).
Tak ada yang musti disalahkan dari sebuah kejadian. Semua kehendak dari kehidupan, seolah kita sendiri terjebak dalam teka-tekinya. Kita hanya bisa sebatas mengalihkan perasaan serta dampak dari sebuah kejadian. Yang akan terjadi nggak akan pernah bisa dikompromikan, ia akan menimpa siapapun. Ia tak akan pernah memilah dan memilih seseorang yang layak untuk di terjang oleh kejadian. Semua tak akan pernah bisa menghindar, tak akan ada yang bisa sembunyi atau melarikan diri. Saat sesuatu akan terjadi siap tidak siapnya diri kejadian itu harus di lalui. Cuman klo misalkan kejadiannya nggak kita sukai siap-siap ngeles aja kali ya..he he he walaupun kena, kan nggak parah yah, paling cuman nyeseg di jantung.
Untungnya kejadian ini sering terjadi pada setaip generasi, bahkan sepertinya hal ini sudah terjadi sebelum aku jadi…yah sudahlah, malah repot ngurusin maslah orang lain, kaya aku nggak punya urusan aja yah….ngeberesin kuliah aja nggak beres-beres. piuhh…

lainnya

nglor ngidul
Ada untungnya juga ternyata ngobrol nggak jelas malam malam. Ngomong nggak pake tema, kesana kemari seperti nggak punya aturan. Apapun yang di omongin kayanya sah-sah saja untuk diucapkan. Yah lumayan lah (dari pada lo manyun) sekedar mencurahkan keresahan dan unek-unek pikiran. Iseng juga kadang obrolan, masa soal npwp aja di obrolin kan, kaya nggak ada obrolan lain aja. Dan tenyata emang menarik saat keluahan dari seorang teman yang mau buat NPWP, hal tersebut tentunya berangkat dari kesadaran dirinya, untuk menjadi warga Negara yang baik. Siapa tau besok-besok bisa kerja keluar, kan lumayan nggak kena biaya bea (2jt boo). Sayangnya kebaikan tak selamanya memiliki tempat dan diperhitungkan juga oleh sebuah aturan yang harusnya mewadahi niat baik tersebut.
Sebagai pekerja freelance alias serabutan dan nggak jelas jam kerjanya, ternyata pekerjaan dengan kategori tersebut tidak masuk dalam bagian salah satu item syarat untuk embuat npwp. Mencoba memanipulasi, dengan masuk kedalam item yang lain, pastinya akan ada resiko. Karena sebelum dikeluarkannya NPWP tersebut biasanya ada pengontrolan dari petugas untuk ngecek kebenaranya. Bila saja hasilnya nggak cocok, sudah jelas NPWP nggak bakalan keluar. Hal ini tentunya nggak menyangkut para pekerja freelance saja, bagi seorang senimanpun yang selalu konsisten dalam berkesenian ternyata nggak masuk kedalam salah satu jenis item yang ditawarkan oleh lembaga penarik pajak tersebut. Untung bagi yang sudah punya galeri, profesi mereka bisa mengguankan dan mengatasnamakan galerinya sebagai salah satu unit usaha yang di kelola oleh keluarga.
Susahnya untuk mendapatkan NPWP ternyata banyak juga dialami oleh pengusaha kecil yang nggak punya modal. Salah satu sarat untuk membuat usaha kecil, minimal harus punya modal 30jt. Itupun dalam bentuk tabungan dalam rekening sebagai sebuah jaminan akan unit usahanya. Makanya nggak sedikit, yang memanipulasi surat tersebut. Enak nggak enak ternyata yang namanya NPWP memiliki pengaruh pada pengembangan suatu unit usaha. Sama seperti halnya yang dialami seorang kawan yang kalah tender dalam usaha percetakannya, hanya karena sihak perusahaan nggak mau ambil resiko hanya karena persoalan NPWP. Wew…kejam emang. Tapi yah, pastinya hal itu ada baiknya juga.
Awalnya aku sendiri berpikiran, emang gila…pemerintah, kenapa hal yang harusnya mudah, justru malah membuat susah. Ibaratnya untuk mencari modal kita musti punya modal, yang namanya potensi tetep aja nggak berlaku. Entah urutan keberapa yang namanya mental usaha dari seorang yang mau berusaha. Semuanya seolah seperti ada setandarnya, ada batasan standarisasi yang harus di lewati dahulu. Saat standarisasi tersebut sudah bisa di lewati, barulah kita bebas untuk berexspresi dalam dunia usaha. Dan di bidang apapun kayanya, yah…mungkin karena hal ini juga yang membuat, banyaknya pare pekerja lebih memilih bekerja di luar alias menjadi tki/tkw semata mata hanya untuk mencari modal awal. Dan konyolnya juga untuk bekerja di luarpun butuh jaminan yang pasti dan salah satunya materi. Dan menjadi tki illegal mungkin salah satunya cara yang kemudian banyak di lakukan.
Kayanya bukan cuman untuk hal tersebut yah, bahkan untuk berlibur ke luar negeri sana minimal musti punya tabungan yang cukup, disana berapa hari, punya kartu asuransi dan tentunya sudah punya tiket pesawat pergi pulang. Ribet,,,jelimet…mendengar hal yang nggak masuk diakal, karena memang nggak menegrti maksudnya. Makanya ngecap pemerintah ini jahat dan kejam.
Mancoba memahami lebih dalam akan maksud semuanya, ternyata hasilnya memang pemerintahaan ini nggak berniat kejam pada penduduknya. Mencoba memahami hal baik dari masalah masalah tersebut dan hasilnya memang logika pergaulan pemikiran masyarakat ini masih nggak nyampe untuk memikirkan masalah demikian. Bagaimanapun juga, hal ini akan terkait pada perkembangan geopolitik Negara ini yang sudah menjadi bagian dari masyarakat dunia.
Karena justru kecerobohan masyarakat, yang selalu memberikan peluang Negara-negara lain menjajah kembali dan seenaknya mengembangkan kepentingan negaranya di Negara ini. Salah satu hal yang paling unik, saat kita melihat kejadian rombongan jamaah haji yang terlantar. Jika surat surat mereka itu di bilang aspal, lantas kenapa mereka sendiri bisa lolos waktu pemberangkatan dan bisa masuk dan meunaikan ibadah haji segala. Tiket dan semuanya sudah ada, pas giliran pulang justru mereka tertahan disana. Kasarnya klo misalkan mereka sudah punya tiket untuk pulang, lantas kenapa mereka musti tertahan di arab sana. Ngapain juga sih, pake acara nahan orang yang mau balik toh mereka punya tiket kok. Ternyata masalahnya tidak semudah itu. Justru kejadian yang seperti itu yang sering di manfaatkan oleh setiap Negara sebagai salah satu nilai tawar untuk memasukan kepentingan suatu Negara ke Negara lain.
Ini adalah cara yang mungkin saja sengaja dibuat, agar ada pembicaraan selanjutnya. Sama seperti halnya australi yang sering sekali mengeluarkan travel warning bagi warganya yang akan bepergian ke Indonesia saat mereka memiliki kepentingan negaranya untuk membuat usaha di Indonesia. Seperti kita tau, walaupun indosensia aman ternyata bisa dicitrakan nggak aman. Dan resikonya pemasukan hasil dari kunjungan dari wisatawan akan berkurang, apalagi travel warningnya berlaku dalam jangka yang lama. Jelas jelas akan mengurangi penghasilan Negara dari wisatawan. Apakah kita pernah bertanya kenapa cammonwalth bisa mendirikan bank di Indonesia? Bukankah bank yang ada di Negara ini tidak cukup baik bagi orang luar, sayakira masalahnya bukan disitu. Mungkin bisa kita pikirkan, pertama berapa banyak wisatawan australi datang keindonesia, dalam menjalankan atau memutarkan uang tentunya mereka akan lebih loyal dan lebih condong kepada bank yang berasal dari negaranya dan initinya tidak semuanya uang yang di keluarkan oleh wisatawan keluar dari perputaran uang dari Negara asalnya. Hemmm…sungguh cara yang kejam, dan mungkin cara yang seperti ini yang nggak kita pahami.
Mungkin disinilah, salah satu cara yang dilakukan oleh Negara dalam menertibkan dan mengatur masyarakatnya. Mungkin ini juga kenapa saat kita mau belibur atau bekerja keluar negeri dibutuhkan banyak persyaratan, hanya untuk meminimalisir, dan menutup selah-selah yang sering bocor. Karena selah yang sering bocor tersebut ternyata sering dimanfaatkan oleh Negara lain sebagai salah satu cara untuk mengakses kepentingan suatu Negara di dalam Negara ini. Bila hal tersebut ternyata demikian adanya, lantas masihkah kita akan bertanya bahwa Negara ini kejam? Atau justru masyarakatnya yang terlalu bodoh untuk memahami permasalahan yang demikian.
Semoga saja hal ini dilakukan emang untuk membangkitkan Negara ini yang sudah terlalu lama tertidur karena dimanjakan oleh keadaan alamnya dan mimpi mimpi indahnya.
Lah… trus hubungannya ama NPWP apaan ya? Padahal kan masih banyak item yang belum mewadahi bidang bidang pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Orang adminya masih belom beres.
Wew…

lainnya

hee..
Sedikit-sedikit haram…
Sedikit-sedikit haram…
Haram kok sedikit sedikit…
Kurang lebihnya seperti itu yang di ungkapkan oleh seorang kawan saat mendengar sebuah pernyataan tentang facebook yang dinyatakan haram oleh sekelompok para ulama di daerah jawa timur sana. Pernyataan tersebut tentu bukan cuman di muat di layar kaca, tapi juga termuat dalam surat kabar. Kejadian tersebut pastinya mendapatkan sebuah sebuah sambutan yang hangat dari orang orang penggila facebook yang sedang ramai ramainya dimanfaatkan sebagai media pergaulan manusia modern indonsia.
Bila menurut keterangan dari salah satu surat kabar, di haramkanya facebook karena web tersebut sudah banyak di salah gunakan, penyalah gunaan tersebut seperti mencari jodoh, berbicara yang tak selayaknya dibicarakan oleh kedua insan yang berbeda jenis kelamin. Patokannya memang jelas, di dalam hukum agama sudah di atur tata cara mencari jodoh/pasangan hidup. Dan memang benar, tapi apakah hal seperti itu dan hanya karena itu sampai harus mengeluarkan sebuah pernyataan haram segala. Jelasnya hal itu nggak cukuplah.
Karena kejadian ini, saya jadi teringat pada cerita seorang kawan yang mencoba mengulas kenapa minuman beralkohol itu diharamkan. Pembahasannya asik, hingga sampai pada satu kesimpulan bahwa objek yang ada sebenarnya tidaklah haram, tapi yang diharamkan sebenarnya saat seseorang melakukan (meminum). Saya baru sadar dengan kesimpulan tersebut setelah coba saya pikirkan dan ternyata memang antara melakukan dan sebuah objek adalah dua hal yang berbeda. Dan kebetulan dampak dari minuman memang bisa memabukan, dan saat seseorang tersebut mabuk dia lupa akan tuhannya.
Inti dari semuanya ternyata terletak pada kata LUPA KEPADA TUHANNYA, karena salah satu tujuan manusia diciptakan agar selalu INGAT PADA SANG PENCIPTA (dalam bahasa kampung itu istilahnya eling). Dan ternyata setelah di bawa ke hal yang lebih umum jelasnya setiap barang yang memabukan sudah pasti haram, klo misalkan barang tersebut bisa membuat orang lupa sama sang penciptanya.
Coba kita balik lagi ke masalah facebook, sebenarnya haram di bagian yang mana sih dari sebuah situs tersebut. Klo misal hanya masalah pencarian jodoh dan berbicara yang nggak nggak…hal tersebut saya rasa di setiap tempat dimanapun juga berlaku hal yang demikian. lantas apakah kita juga akan mengharamkan tempat tempat yang katanya akan menghasilkan kesesatan. Bukankah contoh dari tempat tersebut yang harus kita kenali dan kemudian setelah kita kenal coba kita keluar dari tempat tersebut. Belajar dari keburukan untuk meninggalkan yang buruk, pada saat kita bisa meninggalkannya hal baik tanpa dipelajaripun sudah kita tempati (hayooohhh..belibet).
Hal ini saya rasa, sama halnya saat ada pernyataan setan itu harus kita kenali (heuh..pernyataan yang aneh setan kok harus di deketi trus di kenali lagi kan padahalkan setan harus kita perangi, tapi justru sayangnya saat perang itu belum di mulai sebagian besar manuusia justru malah berlari menghindari heuh…gimana bisa perang). Mungkin ini hal baiknya saat kita coba mengenali syetan, karena logikanya saat lawan kita sudah kita kenali maka akan sangat mudah bisa kita taklukan. Dan memang proses mengenali beserta dosanya adalah konsekwensi setiap diri masing masing.
Karena hal tersebut sudah menjadi bagian dari kehidupan, apakah kita akan mengingkari sebuah kenyataan dari kehidupan. Jelas dengan mengingkari kehidupan secara nggak langsung kita sudah mengingkari yang sudah menciptakan kehidupan ini (mengingkari akan ciptaanya). Kejadian-kejadian yang kita hadapi yang seharusnya kita pelajari, karena turunya ayat alquran setelah adanya kejadian yang di alami oleh nabi. Mungkin kasarnya kitab tersebut bisa dianggap sebagai sebuah kitab kejadian dan kejadian kejadian tersebut adalah gambaran umum sebuah kehidupan yang dialami oleh setiap manusia dalam masa hidupnya.
Untungnya ada ayat yang menjelaskan klo tuhan itu gimana manusianya, tuhan akan menjadi baik jika dianggap baik dan begitu juga sebaliknya. Tapi masalahnya, layakah jika manusia sebagai mahluk ciptaanya, memperlakukan sang pencipta dengan cara mahluk ciptaannya atau mahluk ciptaannya yang harusnya hidup sesuai dengan ketentuan sang pencipta. Resikonya saat manusia hidup sesuai dengan ketentuan sang pencipta, maka di dalam diri manusia tidak ada hak untuk menilai apapun dan tidak memiliki apapun di dalam hidupnya. karena semua yang ada dan dialami dalam kehidupannya dianggap sudah menjadi ketentuan akan qodrat dan irodatnya. Manusia tidak lagi bisa kompromi atao negosiasi dan mungkin itu salah satu hukum tuhan yang tak akan pernah bisa di tawar lagi oleh mahluknya.
Disinilah mungkin pentingnya hakekat dan syariat, saat dua menjadi satu dan yang satu terbentuk dari dua unsur. Keduanya saling melengkapi dan tak akan saling menghianati. Seperti halnya satu nama Allah yang terbentuk dari 99 nama yang dimilikinya juga, semua menuju pada yang satu yakni Allah agar bisa merasakan kehadiran yang tunggal yakni dzar. Ato mungkin seperti halnya symbol salib antara vertical dan horizontal harus bisa diseimbangkan. Demi semata mendapatkan keutuhan dalam tatanan kehidupan dan keutuhan akan pencapaian hidup manusia.
Heuh…..makanya baca, baca, baca. Dan ingat orang yang membaca bukan berarti mereka punya hak untuk menilai, karena membaca dan menilai adalah dua hal yang berbeda tapi bisa jadi satu karena kan biasanya orang yang ngebaca sudah pasti bisa menyimpulkan bahan bacaannya dan kesimpulan kan bagian dari salah satu penilaian. Weh weh weh…nah trus gimana neh.

lainnya

bila saja
Bila saja pagi ini aku tak mengenali warna cahaya, mungkin saja mimpi yang hinggap semalam tak lagi aku bisa mengenalinya. Kepingan kepingan kata kata itu menjadikan otakku enggan untuk merangkainya. Saluran yang biasanya aku gunakan untuk merangkai kata kata menjadi kalimat sudah lama tak lagi aku bersihkan. Bisa jadi tersumbat, semoga kata kata itu tak menggerogoti pikiranku.
Tanggung jawab ini membuat aku bingung, ia seperti menyesatkan di tengah rimba belantara. Sementara keagungan yang mengalun lantun sayup sayup terdengar memanggil. Kembali, kembali, kembali. Disini rumahmu, rumah yang semestinya bisa kau jaga, rumah yang semestinya bisa kau rawat, rumah yang semestinya menghadirkan sebuah kebahagiaan yang terlihat dari pancaran senyuman.
Perasaan yang bertalu dalam hatimu adalah keraguanmu. Takakan ada orang yang bisa meyakinkanmu sebab kata kata semuanya sudah kau lapalkan. Rangkailah, bereskan agar tidak berserakan. Bekal yang sudah di sediakan sudah saatnya kau gunakan. Sayang bila itu di abaikan.
Nanti malam akan ada sebuah pertunjukan, pastinya kau akan sendang bila saja mau datang untuk menyaksikan. Tiket yang sudah di sediakan adalah tiket penonton. Jangan sampai kau malah menjadi pemain di tengah tengah acara pertunjuka. Hati hati, takut terjebak dalam sebuah rangkaian pertunjukan yan sudah di sajikan. Nanti kau akan bingung sendiri, hingga suatu saat kau sadar dan akan berkata “ini bukan sebuah permainanku, karena tiket yang aku bawa adalah tiket penonton”.
Dalam perjalanan kisahnya, pertunjukan ini menyoal pertunjukan tentang kehidupan. Dimana ada yang menjadi pemain, penonton, dan smuanya yang tak pernah bisa di sebutkan satu persatu. Ingat peran masing masing. Jangan pernah meragu dalam memainkan peran, karena keraguan akan menjebak kita pada pengingkaran sebuah keharusan. Keraguan akan membawa kita pada masalah yang seharusnya tidak pernah bisa kita masalahkan.

lainnya

kejadian itu
Jika kejadiannya hanya menyakiti maka aku akan pastikan untuk melewati hal itu. Kesetiaan sepertinya sudah tidak lagi bisa di pegang. Kekhawatiran sepertinya sudah jelas menjelma. Bukan karena besarnya keraguraguan yang dirasakan. Ini hanya pilihan untuk memastikan akan kejelasan jalannya hidup ini. Setiap waktu dan detik yang berdetak menjadikan perasan ini untuk menjadikan pikiran yang terbagi.
Aku bukan seorang laki-laki yang selalu memegang teguh rasa ragu dalam diriku. Aku juga bukan seorang laki-laki yang selalu sibuk memikirkan bagaimana membuat keturunan. Aku adalah laki-laki yang bisa menjalankan keinginanku. Buakan karena ego atau terlalu cepat menggambil keputusan, ada kejadian yang akan memastikan akan apa yang diinginkan.
Kehidupan sudah menjelma nyata. Ada hal bawaan dan ada hal yang datang belakangan. Batasanya adalah kelahiran. Ia seperti ruang pengantara antar bagian dari perjalanan hidup ini. Pemberian nama pada anak, mencoba memungsikan segala alat indra yang ada dalam tubuh, mengasah intuisi dari rasa walau mulut belum bicara. Ini adalah proses adaptasi awal akan kebradaan tubuh yang terkorelasi dengan semesta.
Saat seseorang sudah beranjak dewasa, ada nilai nilai yang di pegang sebagai landasan ideologinya dalam memandang kehidupan. Mencoba memahami jalan kehidupan dengan berpegangan pada keyakinan diri dan dengan sedikit harapan. Maka berharap Menjadi lebih dewasa, menjadi manusia berguna bagi nusa dan bangsa, menjalani hidup apa adanya, menjalani hidup seperti air yang mengalir dan sebagainya.
Menjalani hidup mengalir seperti air. Sebagai sebuah karakter bentuk air sudahlah jelas kalau ia akan mencari jalan untuk keluar walau bertemu dangan jalan buntu sekalipun. Rasa kagum manusia saat melihat kesifatan akan benda yang ada di sekitarnya memberikan satu nilai yang kemudian dijadikan pegangan.
Sebagai sebuah karakter yang selalu mengalir dari tempat yang atas kemudian mengalir ke tempat yang rendah. pada akhirnya sampai pada sebuah samudra yang luas tentunya tidaklah gampang. Selain ada proses dan ada hal-hal “yang lain” yang akan menyesuaikan pada logika alam yang di lewatinya. Lantas seberapa kuatkah manusia dapat memahami logika alam yang berada di luar pikiran manusia? Seberapa kuatkan kompetensi otak manusia memikirkan logika alam? Bukankah manusia hidup di dalamnya! Sebuah kekonyolan bila manusia hidup di dalamnya, tapi tidak dapat menemukan keterkaitan antara logika yang ada pada alam.
Saat jalan kehidupan diibaratkan sebagai sebuah air yang mengalir. Lantas apakah memang lautan yang akan di tuju oleh setiap manusia. Bukankah ke-suci-an itu adanya di atas gunung. sementara lautan adalah tempat yang akan menampung segala kotoran dan dosa-dosa manusia. Apakah hal ini sudah berarti bahwa tujuan manusia adalah tempat yang kotor. Pastinya pernyataan yang seperti itu tak akan bisa memberikan kepuasan dalam pikiran ini. Ada alasan lain yang musti diutarakan dan dinyatakan. alasan adalah hal pembenaran yang selalu di pegang oleh manusia.
Logika pengibaratan “yang pas”seharusnya dijadikan pegangan oleh manusia. Ada gunung yang masih dijadikan sebagai tempat kesucian. Kesanalah seharusnya jalan yang harus kembali di jejaki. Seperti halnya ikan salmon yang akan mengadakan perjalanan ke tepian hulu untuk berkembang biak dan mati. Disana ada awal kehidupan yang harusnya bisa kita temui. Jalan pulang yang harusnya sudah mulai di kenali karena dari sanalah asal manusia. awal asal kembali ke asal. Bukan lautan yang dijadikan sebagai tujuan kemana kita pulang.

lainnya

sepenggal kalimat
Sebuah kejadian harusnya bisa mendewasakan, bukan Cuma sebatas harapan yang dihasilkan. Belajar menerima, dan merelakan segala yang ada dalam diri harusnya menjadi awal. Agar sebuah perjalanan bisa dinikmati adanya. Menukarkan suasana yang ada mungkin hanyalah sebatas cara untuk meninabobokan dan sedikit menenangkan kegelisahan. Perkenalan ini harusnya diteruskan, hanya modal tekad dan kesungguhan untuk mencapat pada satu pijakan kepastian.
Suasana yang harusnya dialami saat ini, kayanya rugi bener bila hanya di tukarkan dengan keluhan. Anjrit..sementara untuk nyari suasana lain ternyata nggak bisa di lakukan, malah cuman hasilkan kebingungan doang. Gila…bego bener diri ini.
He he..jadi inget ama temen di kampung. Udah ama mertua di musuhin, ama istri di tinggalin, ke tempat gurunya nggak di akuin lagi sebagai murid, sementara ketempat ia biasa nongkrong dan ngobrol sering di usir. Mau ngadu ama orang tua dah nggak ada, jangankan ama sodara. Orang yang paling dekat ama dirinya aja dah ninggalin. Trus kepada siapa, kejemuan ini mesti di aduin. Mau pasrah dan menyerahkan kejadian, kayanya nggak ada yang musti di pasrahkan. Toh semuanya sudah terjadi dan harus di lewati. Lantas bagaimana bisa keluar dari kungkingan pikiran ini. He he mau nggak di pikirin sayangnya nggak bisa ngebohongin pikiran. Mau nggak di rasain, sayangnya tubuh dah kebawa-bawa ama keresahan. Heuhh…..bingung, gila gila gilaaaa….
Sebuah perasaan yang aneh, karena nggak bisa di cerna oleh akal pikiran. Sayangnya aku nggak tau jawaban akan kejadian yang sekarang dialami, pengennya sih tidur. Nyatanya tetep aja mata masih melek. Najis tralala…bener dah. Heran, padahal dulu pernah juga ngalamin kejengahan kaya gini. Dan besok-besoknya pakde meninggal. Dan sekarang, masa kaya gitu lagi sih. Yah walaupun kemaren lusa waktu tidur ane mimpi gigi atas copot, dan mitosnyakan bakal ada yang meninggal. Padahalkan klo mau meninggal yang meninggalah dengan tenang dan sewajarnya. Toh bagaimanapunjuga hal itu sudah menjadi ketentuan dari yang punya hidup, klo dah ketemu alesan dan cara untuk pergi, yah semoga selamat sampai tujuan aja kali yah. He he anjrit gila juga nih pikiran.
Rasa ini sungguh nggak wajar…
Solusi, solusi dan solusi yang harus di temui, heuh….dimana kali tuh ngumpetnya solusi, susah bener klo lagi butuh di temuinya. Nggak enak juga soalnya klo terlalu lama wajah ini terlalu murung. Senyuman yang seharusnya hadir di kala keadaan seperti ini, ia seperti berlari mungkin juga bersembunyi di balik kejengahan sebagai dasar ketidak mampuan pikiran meraba perasaan.
Dan akhirnya hanya rasa kasihannya tuhan aja dah cukup tuk mengasihani kegunadahan yang di rasakan. Santé aja, masih ada kalimat kok yang bisa dijadikan juru selamat. Masih ada kalimat yang bisa kita jadikan penyemangat. Masih ada kalimat yang bisa kita jadikan pelengkap suasana yang di rasakan. Masih ada kalimat yang bisa menjelaskan keindahan yang harusnya bisa dirasakan. Masih ada kalimat sebelum menjelang kiamat. Masih ada kalimat….masih ada kalimat dan masih ada kalimat. Tetap semangat….

lainny

Tersesat akan rasa lapar
Lapar yang kemudian banyak menjebak pikiranku, ia bayak membawaku kedalam alam yang harusnya sudah lama bisa aku atasi, akan tetapi sampe saat ini nyatanya belum juga aku bisa lewati. Ia hinggap dalam tubuh ini kemudian melebur menjadi kesatuan yang sukar untuk dipisahkan. Sebuah cara yang belum bias aku dapatkan untuk mengatasi hal ini, karena logikanya kita nggak akan merasakan rasa lapar bila mana rasa tersebut tidak sempat kita pikirkan. Tidak ada yang bisa dihilangkan bila semuanya sudah ada yang menyediakan, sebagai sebuah solusi pastinya kita bisa mengalihkan kedalam keadaan yang lainnya.
Dampak dari rasa lapar pastinya jelas akan bisa kita buktikan dan kita rasakan, secara medis pastinya akan menghubungkan pada pertumbuhan tubuh, kedalam kurangnya gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, dan kebanyakan yah kena penyakit maag. Di dalam hal yang lainnya rasa lapar akan membawa kita akan buntunya sebuah logika, ia tidak bisa membawa kita pada sebuah pikiran yang jernih dan dianggap normal bahkan oleh diri kita. Dalam keadaan lapar,mata ini seperti buta karena kita akan menghiraukan secantik apapun orang yang melintas di hadapan kita, walaupun perempuan cantik tersebut baru keluar dari salon perawatan kecantikan. Lanjutnya dampak dari rasa lapar akan membutakan perasaan yang ada di dalam hati kita, ia tak akan mampu mengajak kita akan kedalam keadaan sekeliling kita klo masih banyak keindahan yang yang harusnya bisa kita nikmati.
Sebagai salah satu hal yang ditakutkan oleh sebagian besar manusia maka langkah langkah untuk mengatasinya dengan berbagai cara sesuai dengan keadaan individu di lingkungan ia tinggal. Di lapisan manapun yang ada di masyarakat bahkan di kelas manapun, di berbagai belahan dunia manapun berbagai cara dilakukan untuk mengantisipasi akan perasaan lapar tersebut.
Bekerja siang malam, bahkan dengan cara yang baik yang sesuai normatip maupun cara cara yang buruk yang bisa menghasilkn konsekwensi penjara seperti menodong, merampok, menipu dan lain sebagainya masih juga banyak yang melakuknnya. Kesemuanya tersebut adalah sebuah prilaku dalam mengatasi rasa lapar yang berada di dalam tubuh ini.
Sebagai sebuah konsep yang adanya dalam sebuah rasa, maka didalam kenyataannya rasa lapar kemudian masuk kedalam berbagai sendi yang ada dalam tubuh ini. Sepertihalnya yang terjadi pada mata yang fungsinya sebagai alat penglihat, kemudian memunculkan istilah lapar mata. Juga yang terjadi pada otak, sama halnya yang terjadi dalam pikiran atau yang terjadi pada nafsu yang ada dalam diri. Seperti tidak pernah merasa cukup akan apa yang sudah ada, akan apa yang sudah di dapat yang harusnya kita sendiri tinggal menikmatinya. Lantas apakah kita tak pernah merasa cukup dan selalu mencari orientasi untuk mendapatkan yang lebih, lantas apakah memang yang lebih itu ada? Dan apakah emang yang lebih itu akan diraskan cukup baik sementara di dalam kehidupan kita hanya membutuhkan hal yang pas, yang akan membereskan masalah masalah ini.
Dan bagaimanakah cara anda menyikapi akan rasa lapar ini? Halah…mikirin rasa lapar aja sampe segininya….heh….udah lah mendingan makan aja dulu lah, pusiang aku.
Aku tengok ke kanan dan ke kiri, masih juga belum aku temui orang yang aku tunggu. Banyak yang orang yang melintas di hadapan, tapi sepertinya tak satupun ada yang aku kenal. Dan sepertinya aku harus kembali menunggu, akan apa yang sudah aku coba amini. Karena semua pasti akan terberi dengan semestinya. Janji sepotong roti jelasnya akan bisa aku nikmati. Dengan segelas susu yang menemani pastinya ini pagi hanya keindahan yang dirasakan.
Kembali aku tengok ke kanan dan ke kiri, belum juga ada tanda tanda akan kehadirannya. Ah..terlanjur aku mengamini akan sepotong roti yang akan di beri. Sekedar pengganjal isi perut pastinya siang ini akan di lewati dengan sedikit senyman yang terlihat jelas di bibir. Usahaku hanya menunggu. Dan yang aku tahu setiap usaha pasti akan mendapatkan hasil. Menunggu adalah jalan usahan untuk mendapatkan hasil. Seberapapun besarnya, sepeti apapun bentuknya. Hasil dari usahaku akan mendapatkan hasil yang layak adanya.
Tuhan tak akan pernah memberikan makanan untuk memenuhi kebutuhan langsung turun dari langit. Tengoklah ke kanan dan ke kiri, karena jalan itulah salah satu jalan yang paling dekat dengan diri masing masing. Dan melalui jalan itu juga sepotong roti akan dibagikan. Bersabarlah, karena terkadang justru kesabaran yang akan menunjukan jalan kemana kaki ini harus dilangkahkan.
Ada beberapa jiwa yang terkapar karena menahan rasa lapar. Semoga rasa lapar itu tak membutakan mata. Karena bila lapar sudah menjadi tameng paling depan yang melapisi diri, baik mata hati atau harga diri tak akan pernah dipedulikan. Lapar yang kadang menutup pikiran, tak ada jalan kebaikan atau jalan keburukan. Hanya jalan yang ada, akan dijalankan. Lapar yang akan meutupi perasaan dalam diri, tak akan bisa merasakan keindahan hari ini. Atau mungkin juga segala keindahan yang di temui, semua akan dihiraukannya. Hanya makan doang jawabannya.
Dan jemari ini mulai gemetar, pastinya akan menjalar ke bagian baian organ lainnya.
Dan sebagain manusia mati menjadi budak rasa lapar…
He he he…nggak ada mulia-mulianya jadi manusia, toh klo akhirnya harus diperbudak oleh perasaan yang selalu dirasakan oleh perut.
Hadu….hhh ampunlah.